


MAKALAH
“Kerangka Konsep dan Perkembangan Teori Manajemen ”

Disusun
O
L
E
H
KELOMPOK II
Hein
Lukmetiabla
Hasbih
Ramadani
Marianto Panjaitan
Yulia
Pondean
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang kami buat dengan judul “Kerangka
Konsep dan Perkembangan Teori Manajemen merupakan tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan di
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Manajemen Pendidikan yang
telah memberikan penjelasan mengenai penyusunan
makalah ini.
Demikianlah makalah yang kami buat, kami menyadari bahwa makalah yang kami
buat masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari berbagai pihak khususnya Dosen Mata Kuliah Manajemen
Pendidikan, agar dapat bermanfaat bagi penyusunan makalah ini kedepan.
Tondano, Oktober 2015
Kelompok II
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A
Latar
Belakang............................................................................................ 1
B
Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C
Tujuan
Penulisan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A
Falsafah Manajemen Pendidikan............................................................... 2
B
The Basic
Principles..................................................................................... 4
C
Perkembangan Teori Manajemen..............................................................
15
D
Falsafah Manajemen................................................................................. 24
E
Proses Manajemen.....................................................................................
29
F
Bidang Kajian Manajemen Pendidikan ...................................................
31
BAB III PENUTUP
A
Kesimpulan.................................................................................................. 38
B
Saran............................................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, Kerangka Konsep dan Perkembangan Teori Manajemen
sangatlah penting Dalam
pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam
bab ini akan dibicarakan Kerangka Konsep dan
Perkembangan Teori Manajemen, dalam hal ini dalam perkembangan teori
perkembangan manajemen ada
tiga aliran pemikiran manjemen yang ada : aliran klasik (yang dibagi menjadi
dua aliran,manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik),aliran hubungan
manusiawi (sering disebut aliran nonklasik),dan aliran manajemen modern.Juga
akan dibicarakan dua pendekatan manajemen yang berkembang akhir-akhir ini –
pendekatan system dan pendekatan kontingen (contingency approach ) yang
bermaksud untuk mengintegrasikan macam-macam teori manajemen yang ada.
Selain
makalah ini memberikan penjelasan tentang sejarah dan gambaran bagaimana aliran
pikiran manusia tentang manajemen masa lalu, Falsafah Manajemen Pendidikan,The
Basic Principles,Falsafah Manajemen,Proses Manajemen,Bidang Kajian Manajemen
Pendidikan, diharapkan
dapat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin mempelajari ilmu manajemen lebih
lanjut.
B. RumusanMasalah
1.
Apa itu Falsafah Manajemen Pendidikan?
2.
Apa itu The Basic Principles?
3.
Apa itu Perkembangan Teori Manajemen?
4.
Apa itu Falsafah Manajeme?
5.
Apa itu Proses Manajemen?
6.
Apa itu Bidang Kajian Manajemen Pendidikan ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Falsafah
Manajemen Pendidikan,bagaimana itu The Basic Principles, Perkembangan Teori
Manajemen, Falsafah Manajemen, Proses Manajemen, dan bagaimana Bidang Kajian
Manajemen Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Falsafah
Manajemen Pendidikan
Kata filsafat atau falsafah, berasal dari bahasa Yunani. Kata ini
berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata
philos yang berarti cinta, senang, atau suka dan kata sophia yang berarti
pengetahuan, hikmah, atau kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa
filsafat menurut arti bahasanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan
atau kebenaran, suka kepada hikmah atau kebijaksanaan. Jadi orang yang
berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, ilmu pengetahuan, ahli
hikmah dan bijaksana.
Pendidikan merupakan masalah hidup dan
kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia, dan bahkan keduanya adalah proses
yang satu. Seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan.
Segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh
pendidikan baginya.Dalam artinya yang lebih sempit, pendidikan hanya mempunyai
fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup pada
generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan
formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang
serba terkontrol.
Dengan pengertian pendidikan yang
luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Diantara
permasalahan pendidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang
menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak diantaranya yang
menyangkut masalah yang mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan
ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi
permasalahan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa ilmiah
semata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa
filsafat.Sebagai contoh, beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa
filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1.
Masalah pendidikan
pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa
pendidikan harus ada dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa sebenarnya
hakikat manusia itu, dan bagaimana hubungannya antara pendidikan dengan hidup
dan kehidupan manusia.
2.
Siapakah hakikatnya yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan itu, dan sampai dimana tanggung jawab tersebut.
Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah
terhadap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah
manusia dewasa dan sebagainya.
3.
Apakah hakikat pribadi
manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik; akal, perasaan ataukah
kemauan, pendidikan jasmani ataukah mental, pendidikan skill ataukan
intelektual, ataukah kesemuanya.
Contoh-contoh problematika pendidikan tersebut merupakan
permasalahan pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha
pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Sedemikian pentingnya hubungan antara
pendidikan dengan filsafat pendidikan, sebab ia menjadi dasar yang menjadi
tumpuan suatu sistem pendidikan. Karena ia berfungsi sebagai pedoman bagi
usaha-usaha perbaikan, peningkatan kemajuan, dan sebagai dasar yang kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan menyumbangkan
analisanya kepada ilmu pendidikan tentang hakikat masalah yang nyata dan
rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan landasan atau
petunjuk dalam proses kependidikan.
Tugas filsafat adalah melaksanakan
pemikiran rasional analisis dan teoritis secara mendalam dan mendasar melalui
proses pemikiran yang sistematis, logis dan radikal (sampai ke akar-akarnya),
tentang problem hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan
pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohaniah
pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia yang meliputi:
1.
Individualitas: kemampuan
mengembangkan diri sebagai makhluk pribadi.
2.
Sosialitas: kemampuan
mengembangkan diri selaku anggota masyarakat.
3.
Moralitas: kemampuan
mengembangkan diri selaku pribadi dan anggota masyarakat berdasarkan moralitas.
Ketiga kemampuan pokok rohaniah di atas berkembang dalam
pola hubungan tiga arah yang dinamakan “trilogo hubungan”, yaitu:
1.
Hubungan dengan Tuhan,
karena ia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
2.
Hubungan dengan
masyarakat, karena ia sebagai masyarakat.
3.
Hubungan dengan alam sekitar,
karena ia makhluk Allah yang harus
mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi ini
B. The
Basic Principles
Prinsip artinya titik tolak yang mendasari adanya pelaksanaan sesuatu. Prinsip
disamakan dengan istilah asas, dasar, landasan, pijakan, pundamentalisasi,
pedoman berpikir dan bertindak, dan tolok ukur. Jadi, prinsip merupakan
pegangan utama dalam berpikir dan bertindak. Jika ada ungkapan “tidak punya
prinsip”, artinya tidak memiliki pegangan utama dalam berpikir dan bertindak.
Dengan demikian, seringkali istilah prinsip dikaitkan dengan sesuatu yang tidak
boleh berubah oleh situasi dan kondisi apapun, artinya selalu berpegang kepada
landasan utama yang dimaksudkan.
Dalam manajemen terdapat prinsip-prinsip yang merupakan pedoman umum atau
pegangan utama pelaksanaan aktivitas manajerial, yang tentu saja
prinsip-prinsip yang dimaksud akan menentukan sukses tidaknya suatu organisasi
dijalankan. Roda organisasi atau perusahaan dipacu dengan melaksanakan berbagai
kegiatan yang berprinsip kepada prinsip-prinsip yang umum dalam menajemen.
Prinsip-prinsip umum manajemen (General principle of management)
misalnya dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan dengan mengutif pandangan Henry
Fayol, yaitu sebagai berikut
1. Division of
Work (asas pembagian kerja)
Asas pembagian kerja
merupakan prinsip yang sangat penting dalam manajemen. Prinsip pembagian kerja
mesti diterapkan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda;
2.
Setiap jenis lapangan kerja membutuhkan tenaga ahli
yang berbeda-beda;
3.
Setiap pekerja memiliki pengalaman kerja yang berbeda;
4.
Mentalitas pekerja yang berbeda;
5.
Penggunaan waktu yang berbeda;
6.
Latar belakang kehidupan, sosial, ekonomi, kebudayaan
yang berbeda;
7.
Otak dan tingkat pendidikan yang berbeda.
Agar pembagian kerja dapat dilaksanakan dengan baik, tepat dan akurat, maka
manajemen seharusnya melaksanakan beberapa kegiatan sebelum menerima dan
merekomendasikan jabatan tertentu pada setiap pegawainya. Kegiatan yang dapat
dilaksanakan di antaranya:
1) Pengumuman
penerimaan pwekerja;
2) Penilaian
syarat-syarat administrasi, yakni lulusan pendidikann formal, kursus-kursus,
spesifikasi keilmuan yang dibutuhkan, pengalaman, dan syarat-syarat lainnya
yang diperlukan bagi kelengkapan penilaian administrative, misalnya Indek
Prestasi Komulatif pencari kerja di bidangnya masing-masing;
3) Test tertulis
mata pelajaran tertentu, yakni bidang umum dan yang khusus;
4) Wawancara bagi
yang lulus test tertulis;
5) Psikotest;
6) Matrikulari
pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu;
7) Mengikutsertakan
pekerja dalam program pendidikan dan pelatihan khusus bagi ilmu terapan sesuai jenis pekerjaannya;
8) Penilaian
prestasi kerja;
9) Test kenaikan
jabatan.
Sembilan kegiatan tersebut sangat mendukung terhadap pelaksanaan prinsip
pembagian kerja, karena biasanya perusahaan yang tidak melaksanakan test
semacam di atas bukan perusahan yang mengutamakan profesionalitas. Uji mental
bagi pekerja berlaku dengan cara menempatkan para pekerja pada jabatan yang
terendah, misalnya sebagai salesman yang pekerjaannya berkeliling ke
rumah-rumah atau menawarkan produk tertentu kepada setiap orang yang
dijumpainya, misalnya di pertokoan, di pasar-pasar, di perkantoran, dan di
perumahan penduduk. Jenis pekerjaan tersebut bukan hanya membutuhkan mentalitas
yang kuat, karena seorang salesmen hanya berprinsip kepada ungkapan “siap
ditolak” bukan “siap diterima”, salesman juga pandai mengomunikasikan produk
yang ditawarkan, terkadang ada kesan memaksa dengan penuh keramahan. Yang
paling mengesankan, setelah memperagakan semua produk yang ditawarkan dengan
memakan waktu yang cukup lama, tetapi tidak seorang pun konsumen yang membeli
produknya.
2.
Authority and Responsibility (asas wewenang dan
tanggung jawab).
Prinsip proporsionalitas wewenang dan tanggung jawab berkaitan dengan prestasi
dan kemampuan para pekerja. Dalam organisasi maupun perusahaan jabatan
struktural berkaitan langsung dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Seorang
manajer memikul tanggung jawab yang besar karena jabatannya sebagai pimpinan
pelaksana perusahaan. Karena tanggung jawab dan wewenangnya yang besar, maka
manajer memiliki bawahan yang juga memiliki jabatan tertentu. Demikian
seterusnya, hingga pada tingkat supervisor dan bagian-bagian yang ada di
bawahnya.
Pembagian wewenang dan tanggung jawab harus diterapkan secara proporsional agar
pelaksanaan kegiatan perusahaan maupun organisasi tidak tumpang tindih,
overlapping atau bahkan terkesan amburadul. Organisasi yang professional tidak
menerapkan manajeen “tukang sol sepatu” yang semuanya dikerjakan sendiri.
Tukang sol sepatu yang biasa mangkal di pinggir jalan raya atau yang keliling
rumah memborong seluruh pekerjaannya, mulai dari memeriksa sepatu,
membersihkan, menjahit, merekatnya dengan lem, dan menyemir sepatu.
Manajemen yang berprinsip kepada pembagian wewenang dan tanggung jawab akan
meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Setiap pegawai memandang bahwa jabatan
dan pekerjaannya merupakan amanah yang harus dilaksanakan dan dijaga dengan
baik dengan cara meningkatkan kinerja dan prestasi kerjanya.Wewenang dan tanggung
jawab terberat dalam organisasi maupun perusahaan dipegang oleh manajer.
Tugasnya adalah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki semaksimal mungkin
dengan melaksanakan aktivitas organisasi secara efektif dan efisien dengan
senantiasa diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan wewenang dan tanggung jawabnya
yang berat, maka dalam organisasi atau perusahaan terdapat beberapa tingkatan
manajer, yaitu:
1.
Top Managers atau manajer utama, yang bertugas
menetapkan kebijakan operasional dan mengarahkan organisasi dalam berinteraksi
dengan lingkungannya baik mikro maupun makro. Manajer utama atau manajer puncak
adalah pemegang kendali umum perusahaan yang memberikan sebagian wewenang dan
tanggung jawabnya kepada manajer yang berada di bawahnya.
2.
Middle Managers atau Manajer menengah, memiliki
tugas sebagai pengarah kegiatan yang implementatif yang disesuai dengan
instruksi manajer utama atau manajer puncak. Materi pengarahan yang diberikan
berupa kesesuaian objek pekerjaan dengan jabatan yang ada di bawahnya.
3.
Firs Legts Managers atau manajer garis pertama,
sebagai pengawas kerja seluruh karyawan, misalnya supervisor yang mengawasi
kinerja sales promotion, kepala gudang yang mengawasi seluruh pegawai
pergudangan barang.
Dilihat
dari fungsinya, ada yang disebut dengan manajer fungsional, yang bertanggung
jawab terhadap salah satu jenis pelaksanaan kegiatan organisasi atau
perusahaan. Sebagai contoh manajer pemasaran yang bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap berbagai teknik dan strategi pemasaran barang tertentu. Manajer
produksi, manajer keuangan, manajer sumber daya manusia, dan sebagainya yang
wewenang dan tanggung jawabnya berada pada aktivitas tertentu, tetapi tetap
menjaga keterkaitan dengan bidang-bidang lainnya, sebagaimana manajer produksi
berkaitan dengan manajer pemasaran.
Prinsip
pembagian wewenang dan tanggung jawab, sebagaimana telah dikemukakan,
memerlukan ketelitian agar tidak keliru menempatkan pegawai dalam jabatan dan
wewenangnya yang besar. Seorang manajer dalam wewenang dan tanggung jawabnya
sebaiknya memiliki keterampilan yang spesifik di bidang yang dipimpinnya.
Keterampilan teknis seorang manajer adalah keahliannya memberikan contoh kepada
pegawai di bawahnya tentang pengoperasian alat dan mekanik tertentu,
pelaksanaan produr yang sistimatis dalam pekerjaan, dan penyelesaian masalah
yang akurat dalam kaitannya dengan jenis pekerjaan yang diarahkan dan
diawasinya. Misalnya, kepala bagian teknik di perusahaan BUMN semacam Damri, ia
adalah ahli mesin yang professional dalam memperbaiki mesin kendaraan, sehingga
seluruh anak buahnya dapat diarahkan dengan baik dan professional ketika
memperbaiki mesin kendaraan yang rusak.
Seorang
manajer juga dituntut memiliki kecerdasan interaksional yang baik, artinya
mampu bekerja sama dengan seluruh bidang yang terdapat dalam perusahaan
tempatnya bekerja, terutama menjalin hubungan kerjasama yang singkronis dengan
seluruh pegawai yang dipimpinnya. Kecerdasan interaksional merupakan kemampuan
manusiawi yang diperlukan agar hubungan harmonis antar atasan dengan bawahan,
antar bidang dan unit-unit yang terdapat dalam organisasi terbina dengan baik.
Dengan gaya kepemimpinan yang motivatif, seorang manajer memiliki kemampuan
membangkitkan semangat kerja seluruh bawahannya.
Seorang
menajer juga dituntut memiliki kecerdasan konseptual tentang bidang yang
dipimpinnya. Ia dapat melahirkan konsep yang mengedepan, konstruktif dan
inovatif, agar perusahaan semakin maju dan berprestasi. Manajer yang
professional adalah manajer yang cerdas menjalinjelindangkan seluruh
bagian-bagian pekerjaan yang terdapat dalam organisasi. Seluruh komponen yang
terdapat dalam organisasi senantiasa berjalan sebagai sebuah sistem yang
terpadu. Dengan demikian, kematangan konseptualnya akan memberikan solusi bagi
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Rencana-rencana perusahaan dan
pelaksanaannya merupakan bagian yang integral dari seluruh tujuan organisasi.
Menurut Henry
Mintzberg, manajer memiliki peran peran yang amat penting bagi perusahaan,
yaitu:
1. Peran Antar Pribadi (Interpersonal Roles)
Peran ini menitik beratkan pada hubungan pribadi yang meliputi:
a) Peran tokoh (figurehead), peran ini sangat penting dalam membangun
relasi dengan orang lain yang memiliki kedudukan di perusahaan tertentu,
minimalnya peran ini diperlihatkan dalam cara-cara menerima tamu dalam kegiatan
tertentu bagi perusahaannya;
b) Peran pemimpin (leader), dilakukan
dengan cara mengarahkan dan mengkoordinasikan tugas – tugas dari para
bawahannya, hal ini menyangkut tugas staffing (merekrut, melatih,
memotivasi, melakukan promosi, dan pemberhentian kerja),
c)
Peran penghubung (liaison) dilakukan dengan cara menjalin perhubungan
antar pribadi dengan pihak pihak, baik yang berada dalam organisasi maupun yang
berada diluar organisasi. Peran ini berkaitan dengan peran kefiguran seorang
manajer.
2. Peran
informasional (informational roles)
a)
Peran yang sangat penting bagi manajer dalam mereduksi informasi yang dapat
dijadikan landasan konseptual dan pemecahan masalah. Peran informasional
berkaitan dengan peran pemantau (monitor), yaitu manajer secara terus
menerus mencari informasi – informasi yang berguna baik dalam organisasi maupun
dari luar organisasi; dan peran penyebar (disseminator), yaitu membagi-
bagikan informasi yang diperoleh dari hasil pemantauannya kepada bawahnnya yang
dirasakan memerlukan informasi tertentu.
b) Dalam memantau informasi yang berkembang, manajer harus memiliki kepekaan
terhadap isi informasi yang sebenarnya, senantiasa melakukan filter terhadap
berita yang diperolehnya agar tidak terjebak oleh keadaan yang buruk akibat
salah faham terhadap informasi yang dikembangkan.
3. Peran juru bicara (spokesperson)
Peran
juru bicara yaitu menyampaikan sebagian informasi yang dikumpulkannya kepada
para individu diluar unitnya atau pihak – pihak diluar organisasi. Sebagai
manajer yang memegang peran juru bicara sangat berhati-hati dalam menyampaikan
informasi yang dimiliki perusahaan. Tidak memberikan informasi secara
keseluruhan kepada bawahannya apabila belum mengetahui arti informasi yang
sesungguhnya, dampaknya bagi perusahaan dan para karyawan. Terlebih jika
informasi yang ada disampaikan kepada perusahaan lain.
4.
Peran pengambilan keputusan (decision making roles).
Manajer harus memiliki filter dan kecerdasan mengaktualisasikan informasi guna
menjadi bahan pertimgbangan sebelum mengambil keputusan yang menyangkut nasib
perusahaan. Semua bentuk hasil hubungan antar pribadi manajer dengan pihak
lain, konseptualisasi pribadinya dan pandangan-pandangan karyawannya sebaiknya
dijadikan rujukan yang lebih akurat untuk diambil suatu keputusan.
Seorang manajer yang
berperan sebagai pengambilan keputusan berperan sebagai wirausahawan (entrepreneur),
yang memiliki kemampuan dan nurani usaha yang mengedepan, sehingga keputusan
yang diambilnya akan memajukan perusahan. Oleh karena itu naluri bisnis seorang
manajer dipertaruhkan jika berkaitan dengan keputusan dan pemecahan masalah
yang harus ditetapkan.
Dengan
pengambilan keputusan yang terbaik serta solusi masalah yang efketif, maka
manajer memiliki peran penting dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan,
ancaman dan gangguan bagi organisasi yang dipimpinnya. Dalam situasi
bagaimanapun seorang manajer senantiasa antisipatif untuk berperan sebagai
pereda gangguan (disturbance handler).
Tanggung
jawab dan wewenang manajer sangat berat dalam kaitannya dengan pengambilan
keputusan, terutama jika menghadapi nasib kehidupan perusahaannya yang otomatis
menyangkut nasib para karyawan dan dirinya sendiri. Oleh karena itu manajer
yang professional memiliki kecerdasan mengalokasikan semua sumber daya yang
tersedia, baik manusia maupun anggaran belanja. Jika pengambilan keputusan
berkaitan dengan perusahaan lain, maka manajer memiliki peran yang aktif dalam
merundingkan permasalahan dengan pihak lain. Sebagai manajer ia harus
memerankan diri sebagai negosiator yang penuh percaya diri dan berpegang kepada
prinsip perusahaan yang dipimpinnya. Berikut merupakan asas-asas :
1. Discipline
(asas disiplin).
Disiplin berakar pada prinsip
proporsionalitas antara wewenang dan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh
anggota organisasi. Semua pegawai, atasan maupun bawahan wajib patuh terhadap
peraturan organisasi yang telah disepakati, oleh karena itu dengan mematuhinya
berarti bekerja dengan disiplin yang optimal.
2. Unity of Command (asas kesatuan perintah)
Kesatuan perintah artinya perintah berada di tingkat pimpinan tertinggi kepada
bawahannya. Jika bawahannya sebagai pimpinan, maka iapun berwenang memberi
perintah kepada bawahannya untuk menindaklanjuti perintah atasannya. Bawahan
hanya melaksanakan sesuai perintah atasannya dan bertanggung jawab sepenuhnya
kepada atasannya secara langsung.
3. Unity of Direction (asas kesatuan jurusan
atau arah).
Kesatuan arah dan tujuan. Meskipun dalam
organisasi selalu terdiri dari berbagai bidang, dengan wewenang dan tanggung
jawabnya masing-masing, tetapi seluruh pelaksanaan kegiatan diarahkan kepada
satu tujuan organisasi. Tujuan organisasi melingkupi seluruh tujuan bidang-bidang
di dalamnya.
4.
Subordination of Individual Interest
into General Interest (asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi).
Prinsip
ini berkaitan dengan kaidah kemaslhatan umum lebih diutamakan daripada
kemaslahatan pribadi. Oleh sebab itu kepentingan organisasi harus didahulukan
daripada kepentingan pribadi, bahkan suksesnya kepentingan organisasi akan
berdampak positif bagi kehidupan pribadi, baik sebagai manajer maupun sebagai
karyawan biasa.
5. Remuneration of Personnel (asas pembagian gaji yang wajar).
Prinsip ini berakar dari prinsip keadilan yang
kaidahnya berbunyi al-ujrah biqadr al-masyaqah, upah diukur oleh tingkat
kesulitan pekerjaannya. Jabatan dan tanggung jawab yang besar harus didukung
oleh upah yang seimbang dengan beban yang dipikulnya. Kesulitan pekerjaan bukan
diukur oleh kelelagan seseorang dalam bekerja, melainkan oleh factor keahlian
atau keterampilan dan profesionalitasnya. Karena, meskipun seorang tukang becak
sangat cape mengayuh becak dengan penumpangnya yang duduk tenang, upahnya tidak
akan melebihi seorang dosen dan masuk kelas lalu memberi tugas kepada
mahasiswa, dan langsung keluar kelas.
6.
Centralization (asas pemusatan wewenang).
Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi senantiasa memiliki pusat
kekuasaan dan wewenang instruksional. Kemudian pusat membagikan kekuasaannya ke
daerah, cabang, sampai ke tingkat unit atau ranting. Sebagaimana dalam
manajemen kenegaraan yang berprinsip kepada tiga hal, yaitu: (1) sentralisasi;
(2) desentralisasi; (3) dekonsentralisasi.
Sentralisasi artinya penyelenggaraan administrasi Negara dikuasai
oleh pusat. Wewenang dan tanggung jawab pusat dalam pelaksanaan pemerintahan
membawahi seluruh wewenang dan tanggung jawab daerah;
Desentralisasi artinya penyelenggaraan pemerintahan daerah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah. Daerah memiliki otonomi untuk
melaksanakan rumah tangga pemerintahannya sendiri;
Dekonsentralisasi artinya program-program pemerintahan pusat yang
tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pusat dilimpahkan kepada daerah, pusat
berfungsi sebagai Pembina dan pengawas pelaksanaan tersebut.
Lalu, bagaimana hubungannya dengan prinsip sentralisasi dalam manajemen. Sesungguhnya
penyelenggaraan pemerintahan berkaitan dengan manajemen dan administrasi
Negara, oleh sebab itu contoh tersebut menggambarkan bahwa tanggung jawab pusat
yang besar dapat diberikan kepada daerah, dari daerah kepada kabupaten dan
kota.
Demikian pula dalam organisasi maupun perusahaan, manajer utama atau manajer
puncak memiliki wewenang tertinggi yang didelegasikan kepada manajer fungsional
di bawahnya. Dalam bidang-bidang tertentu terdapat berbagai sub bidang yang
dipimpin oleh kepada subnya masing-masing, hingga akhirnya para karyawan yang
bekerja menurut pembidangannya. Tetapi, semunya akan bertanggung jawab kepada
manajer puncak atau manajer utama.
7. Scalar of Chain (asas hierarki atau asas rantai berkala).
Prinsip
penyaluran perintah dan tanggung jawab bersifat hierarkis artinya sesuai dengan
kafasitas dan wewenangnya. Tidak salah kaprah, seperti memberi perintah
melakukan desain produk kepada manajer pemasaran. Jadi, secara vertical mulai
dari manajer utama sampai ke manajer di bidangnya masing-masing perintah
berlaku secara hierarkis, sehingga pertanggung jawabannya menjadi relevans
dengan wewenangnya.
8. Order
(asas keteraturan).
Asas ketertiban atau keteraturan berkaitan dengan norma yang berlaku dalam
organisasi atau perusahaan. Ketertiban dapat bersifat material perusahaan
maupun ketertiban dalam arti sosial. Ketertiban material menyangkut inventaris
perkantoran atau organisasi yang harus dipergunakan untuk sepenuhnya
kepentingan organisasi. Misalnya inventaris kendaraan bagi pejabat organisasi
tertentu, seharusnya dipergunakan untuk kepentingan organisasi bukan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, misalnya kepentingan keluarga,
kecuali untuk hal-hal yang darurat yang biasanya diperkenankan oleh manajemen.
Apakah inventaris organisasi boleh dibawa dan disimpan di rumah? Tentu saja
boleh, apabila manajemen membolehkannya, tetapi apabila manajemen secara
normatif melarangnya, maka tentu dilarang dibawa dan disimpan di rumah. Tetapi
di Indonesia hal tersebut tidak berlaku banyak kebanyakan organisasi,
barang-barang kantor biasa dibawa dan disimpan di rumah, apalagi dalam bentuk
kendaraan.
Norma organisasi dapat berbentuk anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Tata
tertib organisasi juga berkaitan dengan aspek sosial, yaitu dalam menempatkan
karyawan di dalam organisasi maupun perusahaan. Norma yang seharusnya berlaku
adalah menempatkan orang sesuai dengan keahliannya. Dengan cara demikian, maka
perusahaan akan memperoleh dukungan yang kuat dari sumber daya manusianya.
9. Equity(asas keadilan).
Prinsip persamaan bukan berarti sama rata
dan sama rasa, karena dalam organisasi terdapat pangkat dan jabatan yang
berbeda, sebagaimana jenis pekerjaannya pun berbeda. Di samping itu wewenang
dan tanggung jawab yang berbeda. Oleh karena itu, prinsip persamaan atau
prinsip keadilan dapat dikuantifikasikan, apabila berkaitan dengan upah, maka
diukur menurut kedudukannya, jika berkairan dengan bonus atau imbalan diukur
menurut prestasinya, dan jika berkaitan dengan tunjangan-tunjangan tertentu
juga ada ukurannya.
Demikian pula dengan
penerapan sanksi bagi pelanggaran aturan organisasi, jenis sanksi tidak sama,
tergantung tingkat pelanggaran yang dilakukan, oleh sebab itu, prinsipnya bukan
hanya pada ditetapkannya sanksi tetapi juga berkaitan dengan proporsional atau
tidaknya sanksi yang diterapkan.
10. Initiative (asas inisiatif)
Inisiatif dalam organisasi tidak berarti bebas sekehendak para karyawan.
Manajer harus memberikan dorongan kepada seluruh bawahannya untuk berinisitif
sendiri mengembangkan kinerjanya, tetapi harus tetap searah dengan visi dan
misi perusahaan. Inisitif dapat berarti kreatif, konstruktif dan inivatif.
Selain ini seluruh karyawan didorong untuk memiliki kemampuan menyelesaikan
masalah pekerjaan yang dihadapinya.
11. Esprit
de Corp (Asas Kesatuan)
Prinsip ini bertitik tolak dari
kesatuan visi dan misi yang dicanangkan oleh organisasi atau perusahaan. Semua
komponen organisasi merupakan sistem yang terpadu. Seluh karyawan bagaiman
jarring laba-laba yang bersatu sebagai team work yang solid
memperjuangkan tujuan perusahaan. Loyalitas yang dibangun terhadap perusahaan
dijaga dengan selalu membentuk hubungan dan komunikasi yang aktif, sehingga
antar jabatan structural, antar bidang, antar wewenang dan tanggung jawab
bersifat integral.
12. Stability of Turn-over of Personnel
(Kestabilan Jabatan Karyawan)
Prinsip stabilitas jabatan berkaitan dengan kesinambungan kinerja organisasi
atau perusahaan. Manajemen yang baik yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi
atau perusahaan tidak akan sering mengganti pejabatnya, karena dengan sering
mengganti pejabat perusahaan, maka pelaksanaan program akan kembali ke nol,
meskipun ada yang dapat melanjutkannya, Tetapi, biasanya ganti pejabat akan
ganti kebijakan, dengan ganti kebijakan, maka berganti pula arah pekerjaan yang
dilaksanakan.
Pelaksanaan mutasi pejabat sebaiknya bukan disebabkan oleh faktor yang dianggap
sebagai sanksi karena pejabat tersebut kurang “becus” melaksanakan tugasnya,
tetapi merupakan penggantian pejabat yang didasarkan kepada prestasinya.
Pindahnya jabatan seseorang seharusnya merupakan imbalan dari kinerjanya yang
berprestasi. Dengan demikian, prinsip kestabilan jabatan bukan berarti seorang
pejabat terus menerus duduk pada jabatan yang tetap. Sebab jika pejabah betah
pada jabatannya yang statis sama artinya dengan tidak ada kemajuan dari
dirinya.
Tetapi dalam prinsip
manajemen, bagaimana pimpinan menciptakan situasi perusahaan yang membuat para
karyawannya betah bekerja dan selalu berprestasi. Inilah yang disebut prinsip
kestabilan jabatan.
Pejabat yang menunjukkan tingkat prestasinya dalam jabatan yang dipikulnya,
sebaiknya tidak segera dinaikkan jabatannya sebelum angka dan kualitatas
prestasinya memuncak dan optimal. Terutama dengan kinerjanya ia telah
memberikan kemaslahat bagi seluruh kepentingan perusahaan. Sementara,
penggantinya pun harus pejabat yang berprestasi dengan pengalaman yang memadai,
dan yang terpenting ia orang yang ahli di bidang yang dipimpinnya.
C. Perkembangan
Teori Manajemen
Peristiwa penting yang mempengaruhi Ilmu Manajemen
adalah revolusi industri di Inggris. Revolusi Industri di Inggris ditandai
dengan penggunaan mesin menggantikan tenaga manusia yang berakibat berpindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah ke tempat –tempat yang disebut pabrik,
sehingga dibutuhkan teori yang dapat membantu meramalkan permintaan, memberikan
tugas pada bawahan dan lain-lain. Sehingga Ilmu Manajemen mulai dikembangkan
oleh para ahli.
Apa
yang telah dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19 memberikan
kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa organisasi bisnis
perlu dikelola secara benar, terutama jika organisasi tersebut berskala besar
dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber daya yang harus dikelola.
Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis
pada saat itu bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah
itu berbagai teori-teori dalam ilmu manajemen.
Perkembangan pemikiran
manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori (Tim Dosen Administrasi
Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:

Frederick
W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian Gillberth adalah
tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka memikirkan suatu cara
meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi kekurangan tenaga terampil
melalui efisiensi para pekerja.Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah”
dengan karyanya “scientific management” yang telah memberikan prinsip-prinsip
dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah
teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang
dikembangkan Taylor adalah:
1.
Pengembangan metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan dapat ditentukan
metode pencapaian tujuannya secara maksimal.
2.
Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas dan
tanggung jawab sesuai keahlian.
3.
Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4.
Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.
Teknik
yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah melalui studi gerak
dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional, system tariff
berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan efisien mendapatkna gaji lebih
besar dari yang lainnya.
Kontribusi
terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik sebagai teknik
scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi yang
popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.
Teori manajemen klasik ini dibagi menjadi dua aliran yaitu manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik
1. Manajemen Ilmiah
Aliran
manajemen ilmiah ditandai kontribusi-kontribusi dari Frederick W. Taylor, Frank
dan Lillian Gilbert, Henry L Gantt, dan Harrington Emerson, yang akan diuraikan
satu persatu.
·
Frederick W. Taylor (1859 – 1915)
Konsep
manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur dan desain dalam
penyelesaian tugas organisasi.Tylor disebut juga sebagi “bapak manajemen
ilmiah”.Dalam buku-buku literature,manjemn ilmiah sering di artikan
berbeda.Arti pertama,manajemen ilmiah merupakan metode ilmiah pada
studi,analisa dan pemecahan masalah-masalahorganisasi.Sedang kan arti
kedua,manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau
teknik-teknik – “a bag of tricks”- untuk meningkatkan kerja efisiensi
organisasi.
Taylor
menuangkan gagasan-gagasan nya dalam tiga judul makalah,yaitu Shop Management,
The Principle of Scientific Management dan Testimony Before the Spesial House
Comitte yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management.
Taylor
telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah
pada manajemen,dan mengembang kan sejumlah teknik-teknik nya dalam mencapai
efisiensi.Empat prinsip dasar tersebut adalah :
1.
Pengembangan
metode-metode ilmiah dalam managemen,agar sebagai contoh,metoda yang paling
baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
2.
Seleksi ilmiah untuk karyawan,agar
setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas suatu tugas sesuai dengan
kemampuan nya.
3.
Pendidikan
dan pengembangn ilmiah dan pengembangan ilmiah para karyawan
4.
Kerja
yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Penelitiannya memberi andil bagi pengembangan teknik manajemen dalam standarisasi
kerja, perencanaan tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan
biaya dan terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, teknik industri,
manajemen industri, dan manajemen personal.
·
Frank dan Lillian Gilbert (1868 – 1924 dan 1878 – 1972)
Kontributor
utama kedua dalam aliran manajemen ilmiah adalah pasangan suami istri Frank
Bunker Gilbert dan Lillian Gilbert. Frank Gilbert lebih tertarik menciptakan
berbagai teknik manajemen yang mengupas masalah efisiensi.
Sedangkan
Lillian Gilbert lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti
seleksi, penempatan, dan latihan personalia.Dia mengemukakan gagasan nya dalam
bukunya yang berjudul the psychology of managemen.bagi nya manajemen ilmiah
mempunyai satu tujuan akhir : membantu para karyawan mencapai seluruh potensi
nya sebagai mahluk hidup.
Henry L. Gantt (1861 – 1919)
Seperti
Taylor, Henry L.Gantt mengemukakan gagasan-gagasan kerjasama yang saling
menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas, dan penggunaan
instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
Kontribusi
nya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik,yang dikenal sebagai “bagan
gantt” ( Gantt Chart ),untuk perencanaan,koordinasi dan pengawasan
produksi.Teknik-teknik scheduling modern dikembangkan atas metoda scheduling
produksi dari Gantt.
·
Harrington Emerson (1853 – 1931)
Pemborosan
dan ketidak-efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat Emerson sebagai
penyakit sistem industri.Oleh karena itu Emerson mengemukakan 12
prinsip-prinsip efisiensi sebagai berikut:
1.
Tujuan-tujuan
dirumuskan dengan jelas
2.
Kegiatan yang dilakukan
masuk akal
3.
Adanya staf yang cakap
4.
Disiplin
5.
Balas jasa yang adil
6. Laporan-laporan yang
terpecaya,segera,akurat dan ajeg-sistem informasi dan akuntansi
7.
Pemberian
perintah-perencanaan dan pengurutan kerja
8.
Adanya standar-standar
dan skedul-skedul-metoda dan waktu setiap kegiatan
9.
Kondisi yang
standardisasi
10.
Opearasi yang
standardisasi
11.
Intruksi-intruksi
praktis tertulis standar
12.
Balas jasa
efisiensi-rencana insentif
Metoda-metoda
manajemen ilmiah telah banyak diterapkan pada macam-macam organisasi,terutama
dalam usaha peningktan produktifitas.Teknik-teknik efisiensi manajemen
ilmiah,seperti studi gerak dan waktu,telah menyebabkan kegiatan dapat
dilaksanakan lebih efisian.Gagasan seleksi dan pengembangan ilmiah para
karyawan menimbulkan kesadaran akan penting nya kemampuan dan latihan untuk
meningkat kan efektivitas karyawan.
Setelah
“revolusi mental” yang dicanangkan Taylor terjadi dalm praktek,timbul
maslah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah.aaaaaakenaikan
produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan.Perilaku manusia yang
bermacam-macam menjadi hambatan.Pendekatan “rasional”hanya memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan phisik,tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan
social karywan.
ü
TEORI
ORGANISASI KLASIK
· Henri Fayol (1841 – 1925)
Henry Fayol , seorang
industrialis Perancis merupakan tokoh teori manajemen operasional manajemen
dikenal dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang
berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan
Umum). Dalam teori administrasinya, Fayol memerinci manajemen menjadi lima
unsur, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian, dan pengawasan.
Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial
dalam enam klompok yaitu teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian,
akunting dan manajerial. Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1)
Pembagian kerja
2)
Wewenang
3)
Disiplin
4)
Kesatuan perintah
5)
Kesatuan pengarahan
6)
Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7)
Balas jasa/imbalan
8)
Sentralisasi
9)
Rantai scalr/khirarki
10)
Order/susunan
11)
Keadilan
12)
Stabilitas staf organisasi
13)
Inisiatif
14)
Esprit de corps (semangat korps)
Fayol
percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen orang
yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.
· James D. Mooney
Menurut
Mooney untuk merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu
(1) koordinasi – syarat-syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling
melayani, perumusan tujuan dan disiplin, (2) prinsip scalar – proses scalar
mempunyai prinsip , prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari
kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional, (3) prinsip fungsional – adanya
fungsionalisme bermacam-macam tugas, dan (4) prinsip staf – kejelasan perbedaan
antara staf dan lini.
·
Mary Pokker Follet (1868 – 1933)
Follet
adalah ahli ilmu pengetahuan social pertama yang menerapkan psikologi pada
perusahaan, industri, dan pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam bidang
manajemen melalui aplikasi ilmu-ilmu social dalam administrasi perusahaan.Dia
brtindak sebagai “jembatan”antara teori klasik dan hubungan manusiawi,karena
pemikiran mereka berdasrkan kerangka klasik,tetapi memperkenalkan beberapa
unsure-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi.
·
Chaster I. Barnard (1886 – 1961)
Chaster
Barnard, presider perusahaan Bell Telephone di New Jersy, memandang organisasi
sebagai sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama
manajemen menurut pandangan Barnard adalah perumusan tujuan dan pengadaan
sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Barnad
menekankan penting nya peralatan komunikasi untuk pencapai tujuan kelompok.Dia
juga mengemukakan teori penerimaan wewenang.Menurut teori nya, bawahan akan
menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk
menuruti atasan.Barnard adalah pelopor dalam penggunaan”pendekatan system”untuk
pengelolaan organisasi.
ü
ALIRAN HUBUNGAN MANUSIAWI
Aliran hubungan manusiawi (perilaku manusiawi atau neoklasik) muncul
karena ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak sepenuhnya
mengabaikan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja.Para manager masih
menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu
mengikuti pola-pola perilaku rasional.Sehingga pembahasan “sisi perilaku
manusia”dalam organisasi menjadi penting.Beberapa ahli mencoba melengkapi teori
organisasi klasik dengan pandangan sosiologi psikologi.
·
Hugo Munsterberg (1863 – 1916)
Sebagai
pencetus psikologi industry Hugo Munsterbeg sering disebut “bapak psikologi
industri”.Dalam buku nya Psikology and Industrial Efficiency,dia banyak
menguraikan penerapan peralatan-paralatan psikologi untuk membantu pencapaian
produktifitas.Munsterberg mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan
produktifitas dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu, (1) penemuan best
possible person, (2) penciptaan best possible work, dan (3)
penggunaan best possible effect untuk memotivasi karyawan.
·
Elton Mayo (1880 – 1949)
Menurut
Mayo untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti
mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan faktor-faktor social
dan psikologi apa yang memotivasi mereka.Penekanan kebutuhan-kebutuhan social
dalam aliran hubungan manusiawi melengkapi pendekatan klasik sebagai usaha
untuk meningkatkan produktivitas.Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa
perhatian terhadap para karyawan akan memberikan keuntungan.Mayo menekankan
penting nya gaya manager dan oleh karena nya organisai perlu mengubah latihan
manajemennya.Disamping itu manajer diingatkan penting nya perhatian terhadap
proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan
secara individual.Konsep “mahluk social” tidak menggambarkan secara lengkap
individu-individu dalam tempat nya bekerja.Hal ini merupakan salah satu
keterbatasan teori hubungan manusiawi.Disamping itu perbaikan-perbaikan kondisi
kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan peningkatan produktivitas yang
dramatic seperti yang diharapkan.Lingkungan social ditempat kerja hanya salah
satu dari beberapa factor yang saling berinteraksi yang mempengaruhi
produktifitas.

Masa manajemen
modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan
pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku
organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal
sebagai aliran kuantitatif (operation research dan management atau
manajemen operasi).
1.
PERILAKU ORGANISASI
Perkembangan aliran perilaku
organisasi ini antara lain dipengaruhi oleh pemikiran beberapa tokoh di bawah
ini:
a.
Abraham
Maslow yang
mengemukakan adanya ”hirarki kebutuhan” dalam penjelasannya tentang perilaku
manusia dan dinamakan proses motivasi.
b.
Douglas
McGregor dengan
teori X dan teori Y nya.
c.
Frederick
Herzberg yang
menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua factor.
d.
Robert
Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi
manajerial (managerial grid)
e.
Rensis
Likert yang telah melakukan mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara
ekstensif mengenai empat system manajemen,dari system 1 : exploitif-otoritatif
sampai system 4 : partisipatif kelompok.
f.
Fried
Fiedler yang menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.
g.
Chris
Argyris yang memandang organisasi sebagai system social atau system antar
hubungan budaya.
h.
Edgar
Schein yang banyak meneliti dinamiaka kelompok dalam organisasi dan lain-lain.
Prinsip- prinsip dasar
Perilaku Organisasi adalah sebagai berikut :
1.
Manajemen
tidak dapat dipandang sebagai suatu teknik secara ketat.
2.
Manajemen
harus sistematik.
3.
Organisasi
sebagai suatu keseluruhan.
4.
Pendekatan
motivational yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi
sangat dibutuhkan.
Sebagai tambahan
beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku adalah:
1. Unsur manusia adalah factor kunci
penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi
2. Manajer masa kini harus diberi
pelatihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep manajemen.
3. Organisasi harus menyediakan iklim
yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan
mereka.
4. Komitmen dapat dikembangkan melalui
partisipati dan keterlibtan para karyawan.
5. Pekerjaan setiap karyawan harus
disusun yang memunngkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekePola-pola
pengawasan dan manajemen pengawasan dibangun atas dasar pengertian positif yang
menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhada pekerjaan
ü
ALIRAN
KUANTITATIF ( MANAGEMENT SCIENCE )
Aliran
kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Prosedur-prosedur riset operasi tersebut
kemudian diformalisasikan dan disebut aliran management science.
Teknik-teknik
manajemen science digunakan dalm banyak kegiatan seperti penganggaran
modal,manajemen aliran kas,scheduling produksi,pengembangan strategi
produk,perencanaan program pengembangan sumber daya manusia,dan penjagaan
tingkat persediaan yang optimal.Penggunaan teknik-teknik untuk pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti banyak membantu manajer dalam
kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengawasan.
Langkah-langkah
pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan
masalah
2.
Penyusunan
suatu model matematis
3.
Mendapatkan
penyelesaian dari model
4.
Pengujian
model dan hasil yang didapatkan dari model
5.
Penetapan
pengawasan dari hasil-hasil
6.
Pelaksanaan
hasil dalam kegiatan implementasi.
D. Falsafah
Manajemen
Filsafat
atau falsafah mempunyai banyak pengertian. Menurut Socrates, filsafat adalah
suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tetapi tugas filsafat tidak menjawab
pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, tetapi mempersoalkan jawaban yang
diberikan. Berfilsafat adalah berpikir radikal atau sampai kepada radiks-nya
(akarnya), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat
bersifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Dengan kata lain cakupan
filsafat hanyalah mengenai hal-hal yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat
khusus menjadi kajian ilmu. Jadi cakupan ilmu memang lebih sempit dari pada
cakupan filsafat. Meskipun cakupan ilmu lebih sempit, kajian ilmu adalah lebih
mendalam dan lebih tuntas.
Telaah
ilmu dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Telaah tersebut dinamakan filsafat ilmu. Pertanyaan yang
diusahakan untuk dijawab oleh filsafat ilmu adalah yang berkenaan dengan:
a) Obyek telaah suatu ilmu.
b) Wujud hakiki obyek tersebut.
c) Hubungan antara obyek dan manusia
yang membuahi ilmu dan pengetahuan.
d) Cara memperoleh dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang benar.
e) Penggunaan ilmu dan pengetahuan.
Manajemen
mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses, kedua
manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan
suatu ilmu. Pengertian ketiga istilah tersebut di atas diuraikan sebagai
berikut:
1. Manajemen sebagai suatu proses
berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para
ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa manajemen
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan
kegiatan orang lain. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
tiga pokok penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan yang
ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang
lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
2. Manajemen sebagai kolektivitas
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.
Jadi setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen. Dalam arti tunggal disebut manajer. Manajer adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar
tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
3. Manajemen sebagai suatu seni dan
ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi
menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-kejadian, dan kedaan-keadaan.
Dalam pembahasan ini
akan dijelaskan tentang bagaimana manajemen dari sudut ontologi, epistemologi
dan aksiologi filsafat.
1. Ontologi
Ontologi kadang-kadang disamakan
dengan metafisika. Istilah metafisika itu pertama kali dipakai oleh Andronicus
dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum Masehi. Artinya adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka
penjelasan yang menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas
atau kurang memadai. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat apa yang ada dibalik alam nyata. Jadi, metafisika berati ilmu hakikat.
Ontologi pun berarti ilmu hakikat.
Yang
dipermasalahkan oleh ontologi dalam ilmu Manajemen adalah siapa yang
membutuhkan manajemen? Pertanyaan ini sering dijawab perusahaan (bisnis), tentu
saja benar sebagian tetapi tidak lengkap karena manajemen juga dibutuhkan untuk
semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua tipe organisasi. Dalam
praktik manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
Di
lain pihak setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota
dari beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah
raga, kelompok musik, militer atau pun organisasi perusahaan.
Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan dasar walaupun dapat berbeda satu
dengan yang lain dalam beberapa hal, seperti contoh organisasi perusahaan atau
departemen pemerintah dikelola secara lebih formal dibanding kelompok musik
atau rukun tetangga. Persamaan ini tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang
dijalankan.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi ini pertama
kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 dalam bukunya yang berjudul
Institute of Metaphysics. Menurut sarjana tersebut ada dua cabang dalam
filsafat, ialah: epistemologi dan ontologi. Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi,
dengan istilah itu, yang dimaksud epistemologi adalah penyelidikan asal mula
pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya.
Ruang
lingkup epistemologi pada Manajemen dapat dilihat dalam kaitannya dengan
sejumlah disiplin ilmu yang bisa” kerja sama” seperti: pendidikan, ekonomi,
politik, dan lain-lain. Namun ruang lingkup itu mengalami perkembangan,
sehingga pada setiap era terdapat lingkup yang khusus dalam epistemologi itu.
Ruang lingkup yang khusus bisa terjadi pada disiplin ilmu manajemen itu sendiri
sehingga melahirkan spesialisasi pengkajiannya. Di antara spesialisasi itu
adalah:
a. Manajemen pendidikan
b. Manajemen sumberdaya manusia
c. Manajemen keuangan
d. Manajemen personalia
e. Manajemen produksi, dan lain
sebagainya
Semula
epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai
pengetahuan (very possibility of knowledge). Apakah pengetahuan yang paling
murni dapat dicapai.
Permasalahan
epistemologi di ilmu manajemen berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut
kebenaran dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Jawaban-jawaban
yang dibutuhkan untuk memenuhi pertanyaan tersebut di manajemen sudah
sedemikian rupa diberlakukan bagi para ilmuwan itu sendiri. Prosedur dengan
pendekatan metode ilmiah adalah prosedur baku untuk menelaah manajemen.
Cara
pencarian kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui
penelitian. Penelitian adalah hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf
keilmuannya. Penyaluran sampai taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa
ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari
penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah suatu proses yang terjadi dari
suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Pada
setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu: pelaksanaannya yang
metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logika dan koheren. Artinya
dituntut adanya sistem dalam metode maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya
logis. Ciri lainnya adalah universalitas. Bertalian dengan universalitas ini
adalah objektivitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin
oleh objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka
subyektif. Agar penelitian ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan
intersubjektivias perlu dipenuhi.
3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani
axios yang berarti `memiliki harga ’mempunyai nilai’, dan logos yang bermakna
`teori` atau `penalaran Sebagai suatu istilah, aksiologi mempunyai arti sebagai
teori tentang nilai yang diinginkan atau teori tentang nilai yang baik dan
dipilih. Teori ini berkembang sejak jaman Plato dalam hubungannya dengan
pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang kebaikan).
Permasalahan aksiologi ilmu manajemen (1) sifat nilai, (2) tipe nilai,
(3) kriteria nilai, dan (4) status metafisika nilai. Masing-masing dicoba untuk
dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut.
Sifat nilai atau paras nilai
didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat, kesenangan, kepuasan, minat,
kemauan rasional yang murni, serta persepsi mental yang erat sebagai pertalian
antara sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau menuju kepada
tercapainya hasil yang sebenarnya. Di dalam mengkaji Manajemen berkecimpung
tentunya dilandasi dengan hasrat untuk mendapatkan kepuasan.
Perihal tipe nilai didapat informasi
bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai instrumental. Nilai intrinsik ialah
nilai konsumatoris atau yang melekat pada diri sesuatu sebagai bobot martabat
diri (prized for their own sake). Yang tergolong ke dalam nilai intrinsik
adalah kebaikan dari segi moral, kecantikan, keindahan, dan kemurnian. Nilai
instrumental adalah nilai penunjang yang menyebabkan sesuatu memiliki nilai
intrinsik.
Penerapan tipe nilai bagi manajemen
diarahkan manajemen sebagai profesi. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk
mengklasifikasikan manajemen sebagai profesi, kriteria-kriteria untuk
menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut:
1. Para profesional membuat keputusan
atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya pendidikan kursus-kursus
program-program latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen
tertentu yang dapat diandalkan
2. Para profesional mendapatkan status
mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena
favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya
3. Para profesional harus ditentukan
oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk mereka yang menjadi
klienya.
Manajemen
telah berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui perkembangan
yang mencolok program-program latihan manajemen di Universitas-universitas
ataupun lembaga-lembaga manajemen swasta dan melalui pengembangan para
eksekutif organisasi atau perusahaan.
E. Proses
Manajemen
Manajemen memiliki 4 kerangka, yaitu : Perencanaan,
Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengendalian. Didalam informasi lain
anda akan lihat ada 3 kerangka, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian.
Atau 5 kerangka manajemen, yaitu, Perencanaan, Pengorganisasian, Staffing,
Leading, dan Pengendalian. Apapun modelnya, pada dasarnya memiliki satu
tujuan. Proses merupakan kegiatan untuk melakukan aktivitas secara rutin dan
sistematis dalam menjalankan kerangka-kerangka manajemen. Kegiatan ini
dilakukan oleh para manajer disetiap tingkatan.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan kegiatan dalam
menentukan tujuan organisasi dalam memilih yang terbaik dari terbaik
alternatif-alternatif yang ada. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari
perencanaan dalam memilih alternatif terbaik bagi tujuan organisasi.
Perencanaan diperlukan dalam mengarahkan organisasi. Pertama sekali rencana
ditetapkan untuk organisasi secara keseluruhan, lalu kemudian, rencana yang
lebih detil dibuat untuk bagian-bagian atau divisi dari organisasi ditetapkan.
Berikut
manfaat dari perencanaan:
1.
Mengarahkan kegiatan organisasi meliputi penggunaan
sumberdaya dan penggunaannya untuk pencapaian tujuan organisasi.
2.
Lebih memantapkan konsistensi kegiatan anggota
organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi.
3.
Sebagai alat dalam memonitor kemajuan organisasi.
Monitoring ini erat kaitannya dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian
membutuhkan perencanaan dan perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.
2. Pengorganisasian (Organizing and Staffing)
Pengorganisasian
merupakan kegiatan dalam mengkoordinir segala sumberdaya, tugas dan otoritas
anggota organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi dapat dicapai
dengan efektif dan efisien. Misalnya yang sering kita lihat adalah
pengorganisasian berdasarkan fungsi pokok perusahaan, yakni: Pemasaran,
Keuangan, Produksi, Administrasi, dan Personalia. Masing-masing bagian
dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Tentunya
berbagai organisasi, strukturnya tentu berbeda satu sama lain yang disusun
berdasarkan tujuan organisasi tersebut. Misalnya struktur organisasi
Universitas, tentu berbeda dengan struktur perusahaan, maupun militer.
3. Pengarahan (Leading)
Setelah struktur dibuat dan
orang-orangnya yang menduduki posisi manajer telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah bagaimana orang-orang tersebut bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Pengarahan bisa dikatakan suatu pekerjaan yang paling menantang
karena langsung berhadapan dengan manusia. Pengarahan itu meliputi:
1. Memberi
pengarahan (Directing)
2. Mempengaruhi
orang lain (Influencing)
3. Memotivasi
orang untuk bekerja (Motivating)
Bagaimana
membuat orang lain bekerja sesuai yang kita inginkan tidak mudah. Seorang
manajer harus menciptakan suasana yang bisa mendorong orang lain untuk bekerja.
Cara-cara ini masing-masing manajer tentu tidak sama dan ini merupakan ciri
khas yang dimiliki oleh seorang manajer.
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian bertujuan untuk memastikan apakah kegiatan organisasi sesuai
dengan yang direncanakan. Seorang manajer harus senantiasa memonitor kemajuan
organisasi. Fungsi pengendalian meliputi:
1.
Menentukan standar prestasi
2.
Mengukur prestasi yang dicapai selama ini
3.
Membandingkan prestasi yang dicapai dengan standar
prestasi
4.
Melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan dari
standar prestasi, lalu kemudian kembali lagi ke proses perencanaan, dst
F. Bidang Kajian Manajemen Pendidikan
Dalam penggolangan bidang manajemen ini dapat dilihat dari
sudut pandang fungsi dismping dari sudut bidang atau dapat dilihat dari sudut
pandang “wilayah” (area) manajemen. Jika dilihat dari sudut pandang wilayah atau
area manajemennya, maka bidang-bidang manajemen terbagi dalam 5 bidang kajian
manajemen, yakni: manajemen operasional, manajemen marketing, manajemen
finansial, manajemen personalia, dan manajemen perkantoran. Dalam bidang
manajemen yang satu agar berkeninambungan dengan difang kajian manajemen yang
lainnya, dapat menggunakan sebuah sistem, yakni Sistem Informasi Manajemen.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebgaai berikut:
1.
Manajemen Oprasional
Dalam
manajemen operasi terdapat kata manajemen dan operasi tidak sedikit para ahli
yang mendefinisikan manajemen operasional. Berikut beberapa definisi menurut
para ahli:


Melihat
beberapa definisi tersebut kita dapat menyimpukan bahawa, manajemen operasional
adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (Leading, Planning, Organizing, dan
Controlling) ke dalam kagiatan produksi, guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dan menghasilkan sebuah atau beberapa barang atau jasa.
Dalam pelaksanaannya, manajemen operasional berkaitan
dengan beberapa kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
a. Analisiis
operasional
Analisiis operasional
merupakan suatu bentuk rekayasa industrial yang memisah-misahkan pekerjaan ke
dalam sejumlah kegiatan fungsional dan merancang arus pekerjaan untuk membangun
urutan terjadwal yang paling efesien dalam menghasilkan produk.
b. Rencana
operasional
Rencana operasional
merupakan rencana jangka pendek yang berhubungan dengan penjadwalan operasi
atau proses intern.
c. Pengawasan
operasional
Pengawasan operasional
merupakan pengaruh menejemen atas masukan dan kegiatan da!am pelaksanaan
perusahaan sehari-hari atau menurut periode waktu tertentu. Pengawasan
dilakukan dengan sistem "umpan- balik" dan sistem
"umpan-maju". Pengendalian umpan-balik (feedback control) merupakan pengendalian
yang digunakan untuk memantau dan memperbaiki kesalahan sendiri. Pengendalian
umpan-balik bertujuan untuk mengukur hasil suatu kegiatan yang telah selesai
dilaksanakan. Konsep pengendalian umpan-balik menekankan pada pentingnya
penyiapan informasi yang dapat digunakan untuk memantau baik program maupun
jadwal kegiatan (Komaruddin, Ensiklopedia Menejemen, Bumi Aksara, Jakarta,
1994, h.298). Sementara itu, pada pengendalian umpan-maju (feedforward control), sebelum tahap
pemrosesan ataupun tahap keluaran, masukan diperiksa dan dibandingkan dengan
formula yang telah ditetapkan. Berlainan dengan pengendalian umpan-balik,
pengendalian umpan-maju menetapkan bahwa keluaran yang tidak sesuai dengan
standar disesuaikan sebelum pemeriksaan yang dilakukan pada produk akhir (Eiji
Ogawa, Modern Production Management,
Asian Productivity
Organization, Tokyo, 1984)
2.
Manajemen Marketing
Dalam bidang kajian manajemen marketing
atau manajemen pemasaran terdapat 2 kata yang memiliki arti yang berbeda tetapi
dapat dintegrasikan. Berikut adalaha beberapa definisi manajemen pemasaran,
dalam R. Ristrini, 2009:


Dalam buku Asas-Asas Manajemen Perkantoran, 2007: 17-18,
manajemen pemasaran mencangkup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan marketing perusahaan secara menyeluruh.
Menejemen marketing berhubungan dengan perumusan tujuan, kebijaksanaan,
program, dan strategi marketing, dan acapkali mencakup pula pengembangan
produk, pengorganisasian dan penyusunan staf untuk melaksanakan rencana,
menyelia operasi marketing, dan memantau kinerja.
Menejemen marketing didukung oleh sistem Informasi mil Sistem
informasi marketing adalah sistem yang digunakan suatu perusahaan untuk
menghimpun, menganalisis, menyimpan
dan menyebarkan informasi marketing yang relevan kepada yang memerlukan
informasi tersebut melalui fungsi manajemen perkantoran. Dalam upayanya untuk
melayani pasar dengan seorang menejer marketing memerlukan informasi (yang
diproses oleh sistem informasi marketing dalam manajemen perkantoran).
Informasi yang diperlukannya, antara lain, meliputi:
a. Informasi
mengenai pelanggan dan calon pelanggan yang mencakup ciri-ciri, selera,
kebutuhan, daya-bell, kebiasaan, pikiran, nilai-nilai dan keyakinan yang
dianut, harapan, dangau hidup (way of Life) mereka.
b. Informasi
mengenai para pesaing dan pesaing potensial yang mencakup produk yang dijual,
harga yang diminta, posisi dalam pasar, dan tindakan dan kebijakan yang mereka
lakukan, Informasi mengenai struktur pasar atau persaingan ini merupakan
informasi yang berkaitan dengan kemungkinan munculnya persaingan bebas (lokal,
nasional, atau global), persaingan monopolistik, monopoli, duopoli, atau
monopololde.
3. Menejemen
finansial
Menejemen finansial (secara populer
disebut juga "manajemen permodalan" atau "menejemen
keuangan") kerapkali diangggap sebagai "pusat laba" {profit
center) ketiga, karena manajemen ini sangat
strategis dalam mencapai tujuan perusahaan. Manajemen finansial merupakan
bidang menejemen yang berhubungan dengan penggunaan teknik khusus untuk
mengkaji informasi dan dokumen keuangan suatu perusahaan. Di samping itu,
menejemen nini berhubungan dengan pengarahan dan pengawasan arus dana, baik di
dalam maupun di luar perusahaan itu. Untuk itu, menejemen finansial perlu
melaksanakan:
a.
Pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan ini dilakukan secara periodik.
Laporannya meliputi posisi keuangan suatu organisasi atau bagiannya mengenai
hasil pelaksanaan, kegiatan, dan transaksi keuangan.
b.
Ramalan keuangan. Ramalan keuangan (financial forecasting menyajikan data futuristik (yang disebut
"informasi"), khususnya laporan keuangan yang diperkirakan akan
terjadi di waktu yang akan datang.
c.
Pengawasan keuangan. Faktor esensial yang perlu diperhatikan dalam
proses pengawasan keuangan adalah anggaran, analisis keuangan, dan analisis
impas (breakeven analysis).
Dalam menejemen modern, setiap keputusan menejemen akan
melibatkan uang. Oleh karena itu, (Komaruddin, Menejemen Permodalan Perusahaan
Modern; Suatu Pendekatan Analitis, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, h.9) para
eksekutif finansial memiliki peluang yang tidak putus-putus untuk menyumbangkan
pengetahuan dan informasi untuk pembuatan keputusan melalui fungsi menejemen
perkantoran. Jika demikian halnya, tujuan eksekutif finansial adalah
memanfaatkan peluang tersebut untuk menggunakan menejemen finansial yang tepat
di seluruh organisasi perusahaan.
Peranan menejemen finansial telah berkembang sampai
suatu titik di mana fungsinya dibutuhkan dalam berpartisipasi untuk pembuatan
keputusan. Bilamana cakupan menejemen finansial didefinisikan kembali agar
dapat meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan penggunaan dan perolehan
dana adalah menjadi nyata, bahwa isi pokoknya harus berkaitan dengan masalah
bagaimana menejemen finansial tersebut harus membuat penilaian mengenai apakah
suatu perusahaan mesti mempertahankan, mengurangi, atau menaikkan investasinya
dalam segala bentuk aktiva yang membutuhkan dana perusahaan. Oleh sebab itu,
hal itu memerlukan dasar untuk menjawab tiga buah pertanyaan esensial: (1)
aktiva spesifik apakah yang mesti diperoleh perusahaan; (2) berapakan jumlah
total dana yang mesti disiapkan dan dikerahkan perusahaan- dan (3) bagaimanakah
seyogianya dana dibutuhkan Itu dibiayai? Ketiga pertanyaan esensial itu hanya
dapat dijawab secara rasional jika Informasi mengenai hal Itu absah,
signifikan, dan tepat waktu.
4. Manajemen Personalia
Dilihat
dari sejarah pemikiran menejemen, menejemen personalia dapat dianggap sebagai
"pusat laba" (profit centei) keempat. Menejemen personalia
mempelajari bagaimana para pengusaha atau majikan memperoleh, mengembangkan,
menggunakan, menilaif merawat, dan mempertahankan para anggota dan jenis
karyawan yang tepat. Seorang Guru Besar menejemen dari Universitas Arizona,
Amerika Serikat, Edwln B. Flippo menyatakan dalam bukunya Personnel Management
(Mc Graw-Hill International Book Company, Auckland, 1981, h.5; Komaruddin Sastradipoera,
Menejemen Sumber Daya Manusia; Suatu Pendekatan Fungsi Operatif, Penerbit
Kappa-Sigma, Bandung, 2002, hh. 12-14) bahwa fungsi-fungsi menejemen personalia
itu meliputi:
a. Fungsi-fungsi
menejerial yang meliputi menejemen perencanaan, menejemen pengorganisasian,
menejemen pengarahan, dan menejemen pengawasan yang berkaitan dengan
personalia.
b. Fungsi-fungsi
operatif yang meliputi fungsi-fungsi pengadaan, pengembangan, kompensasi,
integrasi, perawatan, dan pemutusan hubungan kerja. Analisis jabatan, deskripsi
jabatan, spesifikasi jabatan, kebutuhan personalia, sumber personalia, seleksi
personalia, dan Induksi adalah beberapa hal yan9 memerlukan informasi yang sah,
signifikan, dan tepat-waktu.
5. Manajemen Perkantoran
Dalam
buku Asas-Asas Manajemen Perkantoran, 2007: 22, menejemen perkantoran diketahui
sebagai suatu cabang menejemen yang berhubungan dengan pelayanan (sevice) dalam perolehan, pencatatan dan
penganalisisan informasi, perencanaan, dan pengkomunikasian yang dengan fungsi-fungsi
itu menejemen organisasi merawat aktivanya, mengembangkan fungsi-fungsi dan
kegiatan-kegiatannya, dan mencapai sasaran-sasarannya. Melalui Sistem Informasi
Menejemen selanjutnya menejemen perkantoran mengkoordinasikan seluruh kegiatan
dalam sistem menejemen tersebut. Karena itu, para ahli menejemen hampir
seluruhnya sepakat bahwa menejemen perkantoran mempunyai fungsi sebagai
koordinator.
Dalam buku Asas-Asas
Manajemen Perkantoran, 2007: 22-23, terdapat beberapa menejemen perkantoran
yang utama, sebagai berikut:
1. Menerima
informasi. Menejemen perkantoran yang membantu menejemen dalam pembuatan
keputusan tidak bersifat menunggu datangnya informasi. Oleh karena senantiasa
terjadi perubahan lingkungan, maka menejemen perkantoran yang berorientasi pada
proses pembuatan keputusan (yang di dalam buku ini disebut: "menejemen
perkantoran Druckeristik") harus dengan aktif mencari fakta, data, dan
informasi tersebut dari pelbagai sumber yang mungkin masih harus dicarinya.
2. Mencatat
informasi. Segenap fakta, data, dan informasi relevan dengan visi, misi, dan
tujuan menejemen yang diterimanya itu perlu dicatat dengan rajin dalam sistem
pencatatan (reacord system) yang
memadai. Dalam hal Ini, walaupun kebiasa berkomunikasi secara lisan mempunyai efektivitas
dan efisiensi tertentu, namun pembentukan kebiasaan berkomunikasi secara
tulisan akan jauh lebih berguna, khususnya untuk keperluan kecermatan,
ketepatan, kepraktisan, serta perencanaan dan pengawasan informasi.
3. Memproses
informasi. Informasi yang bermutu dan lengkap menjadi bahan pemrosesan
informasi yang efektif sehingga penganalislsan dan penafsirannya menjadi
sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari keputusan spekulatif dan keputusan
yang hanya didasarkan pada metode "coba-coba" (trial and error
method).
4. Menyajikan
informasi. Setelah informasi yang bermakna (yaitu informasi yang relevan dengan
kebutuhan dan berorientasi ke waktu yang akan datang) tersedia, menejemen
perkantoran perlu menyajikannya dengan standar metode dan prosedur tertentu
sesuai dengan hierarki (petala) menejemen yang ada dalam organisasi. Karena
itu, informasi yang perlu disajikannya tersebut hendaknya kontekstual.
5. Merawat
aktiva. Melalui analisis dan penafsiran atas data yang dimilikinya, menejemen
perkantoran dapat memberikan informasi mengenai seluruh aktiva yang menjadi
harta suatu organisasi. Misalnya, melalui pembukuan tentang depresiasi
aktiva-tetapnya, menejemen perkantoran dapat menetapkan kapan suatu mesin perlu
diganti, kapan suatu bangunan harus direnovasi; melalui laporan marketing,
menejemen perkantoran dapat menyarankan perubahan jumlah dan mutu produk
seperti apa yang akan dijual di pasar tertentu, pesaing efektif dan potensial
dari mana yang mungkin membahayakan segmen pasar yang telah dikuasainya, dan
perubahan-perubahan teknologi apa yang harus dilakukan untuk menghadapi
perubahan permintaan di pasar, dan berapa dana yang harus disiapkan untuk
keperluan itu; dan melalui catatan personalianya, menejemen perkantoran dapat
menetapkan kapan seseorang harus dipromosikan, dimasukkan dalam program
pengembangan dan pelatihan, dimutasikan, dirotasikan, dan dipensiunkan. Dengan
cara itu, sistem informasi menejemen perkantoran dapat memberikan sumbangan
berarti bagi perawatan aktiva berupa sumber daya manusia dan aktiva berupa
bukan sumber daya manusia.
Fakta yang disusun menjadi data
kemudian diolah hingga menjadi informasi. Sistem yang mengelolanya disebut
Sistem Informasi Menejemen (SIM). Sistem Informasi Menejemen merupakan suatu
sistem pemrosesan data spesifik yang dirancang untuk melengkapi menejemen
dengan informasi mutakhir, signifikan, dan proyektif dalam waktu yang nyata.
Bidang menejemen yang perlu
merancang dan menerapkan SIM adalah menejemen perkantoran. Produknya dalam
bentuk informasi akan disajikan kepada fungsi-fungsi lain yang relevan da
membutuhkan. Salah satu fungsi yang memerlukan informasi tersebut adalah fungsi
kepemimpinan. Pemimpin membutuhkannya terutama untuk membuat keputusan. Karena
itulah, menejemen perkantoran modern berkaitan dengan ketatausahaan yang
mengelola informasi dengan bantuan SIM dan proses pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh pemimpin organisasi. Itulah perbedaan penting antara menejemen
perkantoran tradisional yang hanya berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan ketatausahaan
atau pekeijaan-pekerjaan klerikal (yakni, "pekerjaan kertas," atau
pada saat ini merupakan "pekerjaan pita rekaman" atau "pekerjaan
cakram rekaman") dan menejemen perkantoran modem yang berhubungan dengan
pengelolaan informasi untuk keperluan pembuatan keputusan yang menjadi
pekerjaan strategis seorang pemimpin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami susun maka kami menarik kesimpulan bahwa dalam Kerangka
Konsep dan Perkembangan Teori Manajemen tak lepas dari prinsip, Prinsip adalah
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang
dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir
atau bertindak,Proses Manajemen yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
dan Pengendalian, bidang kajian manajemen yang juga didalamnya membahas tentang
Manajemen Oprasional
Manajemen Marketing,Menejemen finansial,Manajemen Personalia,dan Manajemen
Perkantoran, filsafat Manajemen dan filsafat manajemen Pendidikan yang membahas
tentang suatu cara berpikir
yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya dan juga perkembangan teori manajemen yang membahas
tentang aliran teori manajemen klasik dan moderen .
B.
Saran
Sebaiknya mahasiswa dari jurusan pendidikan ipa yang
nantinya akan menjadi tenaga didik harus bisa memahami Kerangka Konsep dan
Perkembangan Teori Manajemen, agar dapat memahami dan menggunakannya secara
baik dan benar untuk membantu siswanya dalam memaksimalkan potensi yang siswa
miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Internet : (http://tikaummy.blogspot.co.id/2013/10/makalah-perkembangan-teori-manajemen.html) Akses ; 18 Oktober 2015

Internet : (http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2009/11/tujuan-kerangka-teori-konseptual-dan.html)
Akses 18 Oktober 2015

Internet : (http://zaaforeizthe.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-dan-teori-manajemen-pendidikan.html)
Akses 18
Oktober 2015

Internet : (http://dirgantarawicaksono.blogspot.co.id/2013/01/filsafat-dalam-manajemen-pendidikan.html) Akses 18 September 2015

Akses 18
Oktober 2015

Internet
: (http://edwardkocu.blogspot.co.id/2013_12_01_bidang-kajian-manajemen-pendidikan.html).
Akses 18 Oktober 2015
Harrah's Casino and Spa - Mapyro
BalasHapusGet directions, 평택 출장마사지 reviews and 의왕 출장마사지 information for Harrah's 계룡 출장안마 Casino and Spa in Cabazon, CA. 논산 출장샵 and offers from 강릉 출장마사지 Harrah's, as well as guests on a daily basis.